Nah, kali ini saya akan mencoba menguak fakta lapangan tentang Tugu Yogyakarta yang terkenal di Kota saya itu. Hmm, bila anda mau mencoba menyelidikinya juga, bisa langsung datang ke Jogja dan main sebentar ke tugu. Dijamin, banyak mata dari Rakyat Jogja atau Polisi Jogja akan mengarahkan pandangannya kepada anda, hehehe langsung saja akan saya mulai.
Bila kita membicarakan tentang Tugu Yogyakarta pasti kita akan selalu membicarakan tentang rakyat. Nah, tugu yang satu ini dibuat untuk mengenang perjuangan rakyat Jogja dan pemerintahnya yaitu Keraton melawan penjajah. Hmm, asik bukan?
Sebagai simbol kota Yogyakarta yang tepatnya berada di Jl Jenderal Sudirman dan Jl. Pangeran Mangkubumi , tidak akan lengkap Yogyakarta tanpa tugu, bahkan terdapat beberapa sekolah yang berlambang tugu dengan filosofi yang artinya kebudayaan Jogja yang tidak hilang dari masa ke masa.
Fungsi dari tugu sendiri selain sebagai lambang kota Jogja dan lambang perjuangan Rakyat dan pemerintahannya, Sri Sultan Hamengkubuwana I, Raden Mas Sujana yang setelah dewasa bergelar Pangeran Mangkubumi adalah sebagai penunjuk arah ke arah Merapi atau laut Selatan, pusat kota Yogyakarta, dan lainnya.
Pada zaman dahulu, sebenarnya Kota Jogja berlambangkan tugu tetapi bukan tugu yang sekarang ini kita lihat, dulu tugu itu berbentuk Golong-gilig, dibawah ini adalah gambar dari tugu Golong-Gilig dan Tugu Jogja yang sekarang, silahkan anda amati perbedaannya
Tugu yang dahulu jauh lebih tinggi dan bentuknya masih didominasi kebudayaan Jawa, nah Tugu yang sekarang itu sebenarnya buatan Belanda karena gempa yang melanda Jogja tanggal 10 Juni 1867. Saya jadi teringat dengan gempa besar yang melanda Jogja 27 Mei 2006 lalu.
JOGJA: Ingin menghidupkan kembali filosofi Tugu Jogja, dalam waktu dekat, replika Tugu Golong Gilig segera dibangun. Replika Tugu Golog Gilik dibangun agar masyarakat Jogja mengetahui bahwa Tugu Jogja yang sekarang dibangun pemerintah Belanda.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Djoko Dwiyanto mengungkapkan saat ini filosofi Tugu Jogja memang masih mengakar di masayarakat Jogja. Namun banyak yang belum mengetahui bahwa tugu tersebut merupakan bukan merupakan bangunan tugu yang sesuai dengan filosofi sesungguhnya.
"Jadi Tugu yang berdiri sekarang bukan bentuk tugu asli, karena desain pemerintah Belanda. Maka, kami bersama Dinas Pekerjaan Umum DIY berencana untuk membuat replika Golong Gilig di sebelah Tenggara bangunan Tugu yang sekarang ini," kata Djoko di perpustakaan DIY, Rabu (20/10).
Djoko menjelaskan, sejak gempa tahun 1864, bangunan tugu sempat runtuh dan direnovasi pemerintahan Belanda. Sejak saat itu, bentuk bagian atas tugu diubah seperti yang sekarang ini.
Sementara tugu yang bagian atas Golong Gilig bentuknya semacam bulatan bola yang silindris tidak persegi seperti yang sekarang ini.
Djoko menambahkan, pembangunan miniatur Golong Gilig ini untuk menghindari kesalahpahaman pengetahuan masyarakat tentang bangunan Tugu Jogja.
Nantinya, bangunan Tugu Golong Gilig akan didesain menyerupai taman akan dicantumkan relief cerita menggambarkan bagaimana Tugu asli yang sesungguhnya. (Harian Jogja/Joko Nugroho)
Nah, yang menjadi masalah adalah lambang heksagon yang berada di salah satu bagian bangunan tugu. Dulu, ketika kecil saya sering diajak oleh nenek berbelanja di pasar dekat Tugu, dan saya selalu menyempatkan diri untuk memegang tugu. Tetapi, saat itu saya tidak tahu bahwa terdapat lambang heksagon di tugu tersebut.
Dan, beberapa hari yang lalu saya kembali pergi melewati Tugu, dan hasilnya adalah memang benar terdapat lambang tersebut, lambang heksagon yang pasti dihubungkan dengan lambang Yahudi. Sayangnya saat itu lalu lintas sedang ramai dan kendaraan bermotor memaksa saya segera mengayuh sepeda saya, dan ditambah saya tidak membawa kamera. Jadi, saya hanya akan menyertakan gambar yang saya ambil dari internet untuk anda teliti lebih lanjt. Mungkin karena renovasi Tugu tahun 2010 ini menyebabkan lambang tersebut jelas terlihat.
Kurang Jelas?
Ini lebih jelasnya setelah direnovasi
Suasana Kota Jogja zaman dulu
Apakah Para Pendemo ini sadar tentang Tugu?
Nah, bagaimana menurut pembaca sekalian? Apakah lambang di atas ada keterkaitannya dengan Yahudi? Termasuk ketika Belanda menjajah Indonesia dan merenovasi Tugu Jogja?
Kalau menurut saya, pada masa penjajahan Belanda terdapat beberapa kultur freemasonry yang dimasukkan ke dalam budaya Indonesia, nah... dan kultur tersebut sudah masuk dan merasuk dalam kebudayaan dengan salah satu bentuknya yang mungkin benar adalah lambang heksagram dalam Tugu di atas.
Bagaimana menurut pembaca? Komentar anda saya tunggu :)
UPDATE 19 November 2010
Maaf pembaca sekalian, karena tugu sedang direnovasi kembali oleh pemerintah jadi saya kesulitan untuk mengambil foto jarak dekat. Untuk mengambil foto di bawah tugu sebenarnya sangat sulit karena dahulu pernah terjadi kecelakaan di tugu dikarenakan korban ingin mengambil foto tugu dari jarak dekat. Saya sudah konfirmasi ke pos polisi pojokan tugu, dan saya dilarang mengambil foto karena berbahayanya area tersebut. Tetapi, saya tetap akan mengupdate posting ini dengan tambahan di bawah ini.
Freemason di Indonesia
Freemason sendiri pernah menyebar hingga Indonesia, bahkan dulu pernah dilarang oleh Ir. Soekarno dengan Keppres Nomor 264 tahun 1962 karena gagasan pluralismenya, yaitu semua agama sama dan semua orang dengan agamanya masing-masing dapat menjadi anggota freemason. Tetapi ketika masa pemerintahan Abdurrahman Wahid entah mengapa keppres ini dicabut dan diganti dengan Keppres no 69 tahun 2000 yang membolehkan freemason kembali ke Indonesia. Apakah tidak aneh?
Nah, dan yang luar biasanya adalah freemason menyebar ke kota Jogja saat Boedi Oetomo lahir dan berkembang, tidak salah memang tetapi nama Dr. Radjiman Wedyodiningrat masuk ke dalam daftar orang Indonesia yang dicurigai sebagai seorang freemason. Bukan hanya beliau saja tetapi juga kultur freemason sudah mulai masuk ke wilayah kraton dan pakualaman. Hmm, inilah kultur freemason yang saya maksudkan di atas.
Di atas adalah gambar tugu yang sedang direnovasi di tahun 2010, kemarin saya sudah menyempatkan untuk memotretnya tetapi hasilnya blawur
13 Comments to "Konspirasi Tugu Yogyakarta, Benarkah?"